Sabtu, 21 Juli 2012

0 Membayangkan Mimpi Jadi Kenyataan Membuat Gampang Lalai

Date: Sabtu, 21 Juli 2012 23.02
Category:
Author: Eiqhtz
Share:
Responds: 0 Comment

img 
Jakarta, Banyak orang bilang bahwa hidup berawal dari mimpi dan mengajak agar berani bermimpi. Sayangnya, bermimpi saja dapat membuat orang lalai dan mempengaruhi keputusan seseorang hingga akhirnya mengabaikan kemungkinan negatif yang bisa terjadi.

Dalam sebuah penelitian, peneliti meminta peserta penelitian untuk membayangkan mengenai salah 1 dari 3 hal berikut: acara liburan yang diimpikan, mengenakan sepatu hak tinggi yang glamor, atau mendapat keuntungan besar di pasar saham.

Hasilnya, para peserta kemudian cenderung berfokus pada aspek positif dari fantasinya dan mengabaikan kemungkinan negatif yang dapat terjadi. Dengan kata lain, para peneliti menemukan bahwa berfantasi ataupun bermimpi membuat orang cenderung berfokus pada pengalaman menajubkan yang akan terjadi, bukan risiko atau konsekuensi buruk yang dapat terjadi.

Misalnya, orang lebih cenderung membayangkan penampilannya yang cantik saat mengenakan stiletto daripada membayangkan tumit dan jempol kakinya yang cedera. Atau membayangkan bakal mendapat banyak uang dari pasar saham dibandingkan menderita kerugian yang besar.

"Penemuan ini memiliki implikasi untuk melihat bagaimana seseorang mendapatkan informasi ketika berada di tahap awal perencanaan. Fantasi positif menyebabkan orang mendapatkan informasi yang bias. Bias yang terjadi ini akhirnya dapat mempengaruhi pengambilan keputusan di kemudian hari," kata Heather Barry Kappes dari New York University seperti dilansir Live Science, Senin (4/6/2012).

Setelah diminta untuk membayangkan 3 skenario di atas, para peserta diminta mempelajari informasi lebih lanjut mengenai topik yang dibayangkan. Misalnya dengan membaca website yang menggambarkan konsekuensi kesehatan yang positif dan negatif dari pemakaian sepatu hak tinggi.

Dalam artikel yang dimuat jurnal Personality and Social Psychology Bulletin, peneliti kemudian membandingkan pilihan peserta mengenai aspek positif dan negatif dari hal yang dibayangkan. Misalnya degan memantau jumlah waktu yang dihabiskan untuk membaca artikel yang positif dan negatif.

Peneliti menemukan bahwa peserta yang diminta membayangkan fantasi yang menyenangkan lebih fokus pada informasi positif daripada aspek negatifnya. Peserta penelitian juga cenderung mengabaikan informasi negatif yang mungkin terjadi.

"Beralih dari informasi yang positif menjadi yang negatif membuat fantasi ideal yang sedang dinikmati menjadi pudar, tetapi dapat menyebabkan hal-hal yang berpotensi merugikan menjadi terabaikan. Hanya bermimpi saja bukanlah kunci untuk membuat mimpi menjadi kenyataan," kata Kappes.

Jika dalam penjelasan di atas ada yang sobat kurang mengerti, silahkan tulis di kolom komentar. Semoga bermanfaat terima kasih.



Artikel Terkait :



Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda,.!